10.2.14

FISDAS II (Bag II)

Continue lendo

FISDAS II (Bag I)

Buat Kawan-kawan GEO'13, ini sedikit file fisdas...
semoga bermanfaat.... :)

1. Electric Field :
 http://www.ziddu.com/download/23570712/fisdas2a.pdf.html

2. MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB : 
 http://www.ziddu.com/download/23570714/FisDas2-1.pdf.html

3. http://www.ziddu.com/download/23570721/HUKUMCOULOMBDANHUKUMGAUSS.docx.html



Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

Kisah Imam Syafi'i Mengislamkan 17 Atheis

Gurun Pasir
Imam Syafi'i adalah seorang ulama multi-talenta. Diawali dari hafal Al-Qur'an pada usia 7 tahun dan hafal kitab hadits Al-Muwatha' pada usia 10 tahun, Imam Syaf'i kemudian menjadi ulama ahli fiqih dan ushul fiqih terkemuka. Al Umm dan Ar Risalah adalah dua karya monumentalnya.

Selain ahli fiqih ahkam, Imam Syafi'i juga terkenal ahli fiqih dakwah. Kemampuannya dalam logika, komunikasi dan berbahasa ia manfaatkan betul untuk berdakwah. Bukan hanya menguatkan aqidah dan keimanan kaum muslimin, tetapi juga mendakwahi non muslim hingga masuk Islam.

Seperti hari itu. 17 orang yang belum mengakui adanya Allah datang kepada Imam Syafi'i.

"Apa buktinya jika Allah itu ada?" tanya mereka.

"Daun Murbei. Kalian tahu rasanya, bentuk, warna dan baunya?" jawab Imam Syafi'i sambil melontarkan pertanyaan.

"Ya, kami tahu."

"Ketika ulat sutra memakan daun itu, maka yang keluar dari ulat tersebut adalah sutra. Jika yang memakannya adalah lebah, yang keluar adalah madu. Jika yang memakannya adalah kambing, yang keluar adalah kotoran. Jika yang memakannya adalah kijang, tubuhnya akan mengkristalkan minyak misik. Siapakah yang menjadikan ini semua, padahal asalnya dari daun yang sama, daun Murbei?"

Mereka terdiam. Tetapi mereka berpikir. Dan... atas penjelasan Imam Syafi'i yang memukau ini akhirnya mereka masuk Islam
 
Src : Buku Qashashush Shalihin karya Syaikh Dr. Mustafa Murad
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

Plume Tectonics dan Kisah Terdapatnya Intan

Dibawah ini ada sebuah tulisan menarik dari Pak Awang H Satyana tentang Plume Tectonic dan keterdapatan Intan.
Banyak yang berpikiran bahwa Intan yang isinya Carbon merupakan proses metamorfose dari batubara tingkat tinggi. Mengharapkan bahwa bila mendapatkan antracite nantinya akan ketemu juga intan karena intan merupakan proses kelanjutannya. Namun kenyataannya keterdapatan intan berasosiasi dengan intrusive breccia. Atau dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebuah cerobong gunung api.
Bagaimana kisah keterdapatan intan ini ? Silahkan diresapi dibawah ini.

Plume Tectonic

(1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama kalinya oleh Wilson (1963 – A possible origin of the Hawaiian islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 – Convection plumes in the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) material mantel yang naik karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang namanya plume heads dengan diameter 500–3000 km, dan plume tails yang diameternya 100–500 km yang masuk jauh ke mantel atas. Pentingnya peranan mantle plume, terutama superplume, dalam evolusi geodinamika Bumi, pertama kali diajukan oleh Maruyama (1994 – Plume tectonics: J. Geol.
Soc. Jpn., 100, 24-49) yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory. Plume tectonics secara komprehensif dibahas dalam buku tulisan Condie (2001 – Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 306 ps).
plumeplateearth_350
Model Pule Tectonic
Plume tectonics akan tetap dalam bentuk hipotesis kalau tidak dapat sokongan seismic tomography. Seismic tomography adalah suatu teknik untuk menentikan struktur 3-dimensi interior Bumi dengan cara menggabungkan informasi dari sejumlah besar gelombang seismik yang melintasi Bumi baik di permukaan maupun interiornya yang bersal dari sumber-sumber seismik alamiah maupun buatan. Ada global tomography, ada local/regional tomography; dan untuk plume tectonics, sumbangan global tomography yang dipelopori oleh Dziewonski (1984 -Mapping the lower mantle: determination of lateral heterogeneity in P velocity up to degree and order 6: J. Geophys. Res., 89, 5929-5952) besar sekali.
Model2 plume tectonics dari berbagai peneliti tentu ada, misalnya: (1) Grand  et al. (1997 -Global seismic tomography: A snapshot of convection in the Earth: GSA Today, 7, 1–7, (2)Anderson (2000 – The thermal state of the upper mantle: No role for mantle plumes: Geophys. Res. Lett., 27, 3623–3626), (3) Bijwaard et al. (1998- Closing the gap between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078), dan (4) Garnero (2000 - Heterogeneity of the lowermost mantle. Annu. Rev. Earth Planet. Sci. 28, 509–537). Hubungan dengan teori plate tectonics yang telah berkembang lebih dahulu pun telah ada publikasinya, misalnya: Foulger (2003 – Plumes, or plate tectonic processes? Astron. Geophys., 43, 6.19–6.23 atau Griffiths & Richards (1989 – The adjustment of mantle plumes to changes in plate motion: Geophys. Res. Lett., 16,  437–440.
Tentu tidak mudah memperoleh artikel-artikel di jurnal2 yang saya sebutkan di atas, tetapi melalui amazone.com kita bisa memperoleh dua buku paling tidak yang baik untuk mengetahui lebih jauh soal plume tectonics, yaitu: (1) Condie (2001 – Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 306 ps) dan (2) Yuen et al. (eds), 2007 – Superplumes: Beyond Plate Tectonics, Springer, Dordrecht, 569 ps.
Untuk penerapan plume tectonics di Indonesia, pernah dibahas beberapa kali, misalnya: Bijwaard, H., W. Spakman, and E. Engdahl (1998) Closing the gap between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078; Van derVoo, R.,W. Spakman, and H. Bijwaard (1999b) Tethyan subducted slabs under India. Earth Planet. Sci. Lett., 171, 7–20. Prof. Sri Widiyantoro, ITB, salah seorang anggota milis yang saya tembuskan ini (Forum HAGI) adalah juga seorang ahli mantle tomography dan banyak mempublikasikan mantle tomography bersama koleganya, termasuk untuk Indonesia.

HotSpot

(2a) Hotspots tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan Bumi. Mereka lebih banyak tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean ridges), dan biasanya menghilang dari wilayah2 di dekat convergent plate boundaries/ subduction zones. Asal hotspots umumnya dihubungkan ke mantle plumes (Wilson, 1963; Morgan, 1971), tetapi ada juga yang berhubungan dengan intraplate volcanism oleh plate tectonic processes (Anderson, 2000; Foulger, 2003). Hubungan antara hotspot dan mantle plume terbaik ditunjukkan oleh Yellowstone. Yellowstone adalah the best known continental hotspot. Beberapa studi teleseismic tomography telah dilakukan untuk wilayah ini
(Evans, 1982; Saltzer and Humphreys, 1997; Schutt and Humphreys, 2004; Yuan and Dueker, 2005). Hasil studi memperlihatkan 100-km diameter upper mantle plume terlihat yang meluas dari Yellowstone volcanic caldera sampai kedalaman 500 km. Mantle plume adalah lidah-lidah yang mencuat ke atas dari suatu massa superplume, dan menerobos ke permukaan sebagai hotspot.
(2b) LIPs -large igneous provinces. LIPs  adalah wilayah-wilayah di kerak Bumi yang memiliki sebaran batuan beku di luar kewajaran, begitu luasnya. LIPs yang terkenal adalah Siberian Traps di wilayah Siberia, Ontong Java Plateau di Samudra Pasifik utara Papua New Guinea, dan Deccan Trap di India. Di Indonesia pun, kita punya LIPs dalam skala lebih kecil : Radjabasa Basalt Plateau di Lampung dan Toba Ignimbrit (welded tuff) di sekitar Danau Toba.
Para ahli batuan beku dan tektonik mempermasalahkan asal kejadian LIPs ini, termasuk membahasnya sebagai antipode (titik seberang) dari suatu titik benturan meteorit/komet besar di kerak Bumi dari seberang yang lain. Saat meteorit/komet besar menghantam di satu titik di permukaan Bumi, goncangannya akan menggetarkan seluruh mantel dan inti Bumi, gelombang kejutnya diteruskan ke seberang bola Bumi yang lain, termasuk membawa material mantel melalui mekanisme plume tectonics sehingga terekstrusi ke permukaan di titik seberangnya. Mekanisme antipodal igneous province ini pernah saya tulis di milis ini ketika membahas asal Deccan Traps dan Siberian Traps. Siberian Traps adalah pada antipodal position benturan meteorit Permian di Antarktika yang beberapa bulan lalu ditemukan impact craternya oleh para ahli geologi dan geofisika melalui survey gayaberat. Diyakini, bahwa benturan meteorit Permian ini berhubungan dengan kepunahan massal flora dan fauna di ujung Paleozoic -
sebuah kepunahan massal yang lebih besar daripada di ujung Kapur.
Tetapi sekarang, jurnal-jurnal geologi lebih banyak membahas suatu mekanisme baru sebagai asal LIPs, yaitu delaminasi di batas kerak dan mantel. Delaminasi adalah proses de-laminasi : tersobeknya urutan lapisan (laminasi) oleh proses geologi. Dalam hal delaminasi kerak-mantel, maka yang dimaksud adalah sobeknya/lepasnya lithospheric mantle (batas litosfer-mantel) dari kerak benua di atasnya karena batas litosfer-mantel ini lebih dingin dan lebih padat dibandingkan dengan astenosfer di bawahnya. Kehilangan massa karena delaminasi ini akan segera diikuti oleh kompensasi isostatik berupa pengangkatan, sehingga terbentuklah Colorado Plateau misalnya dan semua gejala magmatik ikutannya. Colorado Plateau ini adalah salah satu LIPs juga. Don Anderson, seorang experimental petrologist dari Seismological Laboratory Caltech, yang banyak publikasinya soal interior Bumi, dalam jurnal “Elements” vol. 1 p. 271-275 (Desember 2005) menulis bahwa ketika kerak benua terlalu tebal, bagian bawah kerak ini yang disusun oleh eklogit akan terlepas (delaminasi), menyebabkan uplift, asthenospheric upwelling, dan pressure-release melting. Proses delaminasi ini akan menyebabkan segmen kerak bagian bawah yang punya titik lebur rendah terintroduksi ke mantel; kemudian segmen ini terpanaskan, naik, dekompres, dan lebur. Eklogit hasil delaminasi akan lebih panas dan kurang padat dibandingkan dengan kerak samudra yang tertunjam di zone subduksi. Bisa disimpulkan bahwa LIPs memang berhubungan dengan plume tectonics, secara langsung sebagai massa buoyant superplume maupun tidak langsung melalui delaminasi kerak-mantel.
(2c) lempeng-lempeng bergerak dengan dua cara: (1) push-ridge dan (2) slab pull; sementara di bawahnya bersirkulasi mantle material melalui sel-sel konveksi. Gerak push ridge terjadi di MOR sementara gerak slab-pull terjadi di subduction zone. Dua gerakan utama ini memberikan energi buat Wilson cycle berjalan. Mantle plume yang dibatasi dua sel konveksi di MOR mau tak mau akan membawa mantle plume upwelling di MOR, yang lalu kemudian akan segera diikuti push ridge dari material yang telah jadi suite ofiolit. Maka upwelling mantle plume di spreading zone secara tak langsung menggerakkan Wilson cycle.

Keterdapatan Intan di Kalimantan

Pipa keluarnya magma yang membentuk Intan Kimberlite
Pipa keluarnya magma yang membentuk Intan Kimberlite
(3). plume tectonics dan pipa intan kimberlite: Kalimantan case.
Anthony Evans dalam bukunya, “An Introduction to Economic Geology and Its Environmental Impact” (Blackwell Science, 1997) menulis kadar2 intan di pipa kimberlite/lamproite di seluruh dunia. Yang paling miskin (kimberlit Lesotho : 0,309 karat/ton) – yang paling kaya (Argyle AK1 Lamproite di Australia Barat punya kadar intan 4 karat/ton). Bandingkan dengan kadar intan Pamali intrusive breccia yang hanya 0,0035 karat/ton. Bagaimana intan Martapura bisa punya kadar 0,47 karat/ton ? Rasanya, proses enrichment pun tak akan mendongkrak kadar sampai 134 kali bukan ? Lalu, dari mana asal intan Martapura ?
Melihat peta penyebaran intan di seluruh dunia (Evans, 1997), jelas tergambar di situ bahwa deposit intan yang besar selalu berasosiasi dengan daerah continental craton (> 1500 Ma old). Teori terbaru sekarang tentang origin of diamonds adalah bahwa intan bukanlah hasil kristalisasi magma di intrusi ultrabasa (akan in-situ), tetapi bahwa intan adalah ex-situ, mereka adalah mineral2 di upper mantle yang terbawa hot plume mantle yang sedang up-welling. Maka, intan bukanlah fenokris, tetapi xenokris.
Mengherankan, sejak Koolhoven (1935) menulis laporannya tentang asal intan Kalimantan (“Het Primaire Voorkomen van den Zuid-Borneo Diamant” – Primary Occurrences of the South Kalimantan Diamond), riset tentang ini tak mengalami kemajuan yang signifikan sampai saat ini pun.
Prof. Adjat Sudradjat, di dalam bukunya, “Teknologi dan Manajemen Sumberdaya MIneral” (ITB, 1999) masih menulis bahwa asal intan Kalimantan ini tak diketahui dari mana. Lima puluh tahun sebelumnya (1949), van Bemmelen pun mengindikasikan hal yang sama. Memang, Koolhoven (1935) menyebutkan bahwa a pipe of ultrabasic rock yang disebutnya “Pamali intrusive breccia” adalah sumber intan di Kalimantan Selatan. Tetapi, semua buku menuliskan bahwa kadar intan di breksi Pamali (bukan Pemali seperti di Jawa Tengah ya..) sangat kecil, jauh di bawah kadar intan yang ditemukan di endapan placer-nya. Kata Pak Soetarjo Sigit dkk di bukunya “Mineral Deposits of Indonesia” (1962), tidak ekonomis menambang intan di breksi Pamali itu.
Ini kadar2 intan di Kalimantan Selatan (van Bemmelen, 1949 vol IB) : pipa ultrabasa breksi intrusif Pemali : 0,0035 karat/ton (1 karat intan = 0,20 g), enriched top soil Pamali  : 0,035 karat/ton, diamond bearing gravels placer deposits : 0,47 karat/ton. Nah, intan terbesar yang pernah ditemukan di endapan plaser itu adalah yang ditemukan di desa Cempaka, Kal Sel seberat 166 karat (33 gram). Cukup besar, hampir sebanding dengan intan Kohinoor kepunyaan raja Lahore, India sebelum dibelah (186 karat), tetapi jauh lebih kecil dibandingkan intan terbesar yang pernah ditemukan di Afrika Selatan, intan Cullinan (3024 karat – 602 gram) yang kata buku Munaf (1956) – Ensiklopedia Indonesia (termasuk ensiklopedia Indonesia pertama) dihadiahkan pemerintah AfSel ke raja Inggris Edward VII.
Nah, benarkah Koolhoven bahwa breksi intrusif Pamali itu sumber primer intan di Martapura ? Tidak tahu, sebab praktis tak ada riset ke arah situ yang serius. Kalau melihat kadar2 intan antara placer deposits di Martapura dan primary deposits di breksi Pamali itu, maka diragukanlah kebenaran Koolhoven itu.
Koolhoven (1935) dan van Bemmelen (1949) menyebutkan bahwa breksi intrusif Pamali itu adalah model kimberlitic pipe intrusive di Afrika Selatan. Betulkah ? Kadar intan yang dilaporkan mereka tak mendukung analogi ini.
Bagaimana hubungan antara intan dan craton bagus dipelajari dari artikel Dante Canil (University of Victoria, British Columbia, Canada) yang risetnya dalam 15 tahun terakhir berhubungan dengan mantle listosphere, dalam ”GSA Today” vol. 18, no. 6, June 2008, hal. 4-10, melaporkan kemajuan terbaru tentang pengetahuan ini.
Dalam artikel berjudul, “Canada’s craton : A bottoms-up view, Canil menulis tentang bagian craton Canada di Archean Slave Province, Mackay Lake,  yang disusun polymetamorphic gneiss berumur sekitar 3300 juta tahun. Craton ini diintrusi banyak sekali pipa kimberlit yang membawa intan. Pipa kimberlit ini membawa xenolith peridotit dan sedikit eklogit berasal dari akar craton di wilayah mantel.
Penelitian ini beraplikasi kepada eksplorasi intan pada pipa kimberlit yang menembus craton, dan keberadaan intra-cratonic basin yang bisa menjadi habitat hidrokarbon organik dan anorganik.
Craton didefinisikan sebagai bagian stabil lempeng benua yang tidak lagi mengalami deformasi tektonik dalam waktu yang lama (milyaran tahun) (Bleeker, 2003, the late Archean record : puzzle in ca. 35 pieces, Lithos v. 71, p.99-134). Saat ini telah diidentifikasi sebanyak 35 segmen/provinsi kerak Bumi berumur Archean (> 2500 juta tahun, berdasarkan skala waktu geologi terbaru dari Gradstein et al., 2004) yang diidentifikasi sebagai craton.
Bagian massa litosfer terbesar dari suatu craton adalah bagian litosfer yang terletak di bawah diskontinuitas M (Mohorovicic) yang lazim disebut litosfer mantel. Kekuatan dan stabilitas jangka panjang suatu craton bergantung kepada sifat litosfer mantelnya. Begitu berpengaruhnya, sehingga sifat litosfer mantel ini akan menentukan asal benua. Dalam hal ini, patut diperhatikan perbedaan definisi antara berapa tebal kerak benua, posisi diskontinuitas M, tebal litosfer, dan tebal astenosfer (agar tak membingungkan, pengertian dasar pembagian kerak-mantel-inti harus dibedakan dengan litosfer-astenosfer-mesosfer-inti).
Artikel Canil (2008) memberikan ringkasan tentang faktor-faktor termal, petrologi, dan geologi untuk pehamaman evolusi cratonic lithosphere (meliputi kerak benua maupun mantle lithosphere) berdasarkan xenoliths yang dibawa pipa kimberlit yang mengintrusi craton. Canada berpusat di suatu craton yang besar dan bagian tersingkapnya merupakan singkapan kerak Archean terluas di dunia. Kayanya pipa-pipa kimberlit yang membawa intan ke permukaan menjadikan wilayah ini sebagai fokus utama riset eksplorasi intan selama 15 tahun terakhir.Survey geofisika dalam proyek-proyek bernama DeepProbe, Kaapvaal, dan sebagainya selama beberapa tahun terakhir dilakukan di atas craton Canada. Tujuan survey ini adalah untuk mendapatkan geophysical imaging litosfer di bawah craton. Penelitian geologi dan geokimia atas singkapan batuan-batuan mantel berupa xenoliths yang dibawa kimberlit  seolah bagai jendela untuk masuk ke dalam mantel. Gambaran craton dan litosfer mantel di bawahnya yang diperoleh dari geophysical imaging dan sifat komposisi serta ciri termal bagian bawah craton berdasarkan xenoliths, bila digabungkan akan memberikan gambaran lebih utuh tentang craton dan evolusinya. Xenoliths ini umumnya berupa peridotit. Maka disimpulkan bahwa mantle lithosphere adalah residu leburan peridotit. Pada tekanan di bawah 3 Gpa (giga pascal) sistem ini akan menghasilkan olivin. Berdasarkan pemelajaran termal, diketahui bahwa struktur termal bagian craton Canada di Slave Province mantle tak berubah secara signifikan selama 500 juta tahun terakhir. Struktur termal yang tetap ini kontras dengan struktur petrologinya yang bervariasi baik secara lateral maupun vertikal diikuti dengan tingkat depletion-nya yang berbeda-beda berdasarkan bukti garnet geochemistry. Variasi ini juga sejajar dengan kejadian seismic anisotropy. Thermal steady-state ini tidak diketahui apakah begitu juga untuk periode yang lebih tua, misalnya pada ujung Archean (2500 juta tahun) saat Slave Province mulai stabil. Indikasi dari paleogeothermal masih sulit untuk diduga-duga.
Untuk mengetahui umur cratonic mantle “roots” digunakan isotop Re-Os (Renium-Osmium) dan isotop 187Osmium-188Osmium pada peridotit yang dibawa pipa kimberlit dari mantle lithosphere. Hasilnya bervariasi dari 3500 juta tahun sampai 500 juta tahun. Disimpulkan bahwa mantle lithosphere telah berperan dalam pembentukan craton pertama (3,5 Ga) juga “pengakaran”-nya (cratonic mantle “rooting”) kembali pada periode berikutnya (0,5 Ga).
Geophysical imaging menunjukkan bahwa di bawah craton Archean ini ada  tumpukan mantle lithosphere yang membentuk sistem “perakaran” bagi craton.  Berdasarkan bukti-bukti geologi dan geokronologi, diketahui bahwa pembentukan tahap akhir dan amalgamasi mantle root ini terjadi 500-1000 juta tahun lebih kemudian daripada umur litosfer Archean yang membentuk craton.
Demikian sedikit catatan dari artikel Canil (2008). Craton Canada adalah craton yang paling banyak dipelajari di dunia. Banyak riset tentang craton yang dilakukan di sini menjadi model untuk craton lain di seluruh dunia (seperti craton-craton di Australia, Afrika, Asia, Amerika).
Pengetahuan ini tidak hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan geologi, tetapi juga telah bermanfaat untuk eksplorasi intan. Geophysical imaging-nya dapat dimanfaatkan untuk eksplorasi migas di intra-crattonic basin, dan struktur termalnya dapat dimanfaatkan dalam hal pengkajian pembentukan migas secara anorganik.
Nah, di Kalimantan kita punya craton kecil (Schwaner) yang disebut dan
disatukan dengan Laut Jawa sampai ke Malaya oleh Ian Metcalfe (1996) menjadi SW Kalimantan craton. Dan di Kalimantan, intan tak hanya ada di Martapura, tetapi juga di Purukcahu (KalTeng) dan Sanggau (KalBar). Mengapa kita tak mencoba mengkaji origin of diamonds in Kalimantan secara lebih serius ?
Tetapi secara ringkas boleh disebutkan bahwa belum ada bukti intrusi pipa kimberlite ditemukan di Kalimantan. Pak Dr. Ade Kadarusman (INCO) yang pernah mempelajari asal intan di Kalimantan pernah menulis (2005) alternatif2 asal intan di Kalimantan sebagai berikut:
  • Ultrahigh pressure (UHP) metamorphic origin; source from Meratus Complex -Peridotitic origin (Pearson et al., 1995); source from Bobaris peridotite (largely based on Koolhoven and van Bemmelen description).
  • Meteoritic origin; presence of textites and impact-crater like structure in north Martapura
  • Kimberlite/lamproite origin (Bergman et al, 1987;1988; Spencer et al, 1988); source from the cratonic core of central Borneo (now eroded)
  • Lamproite origin (Parkinson et al, 2000); source from rifted Australian fragment containing diamondiferous craton.

Adakah hubungan Petroleum System ?

(4) Tidak ada hubungan antara superplume atau plume yang mungkin ada di bawah SE Sundaland dengan petroleum system Barito Basin yang Tersier. Kaitan ke heatflow mungkin kalau dihubung2kan bisa saja, tetapi harus dikaji lebih jauh. Mantle plume atau superplume mungkin ada pengaruhnya ke rifting Selat Makassar pada saat Paleogen, tetapi itu baru hipotesis spekulatif sebab mekanisme pembukaan Selat Makassar bisa dicari dengan berbagai pendekatan, dan apa yang terjadi sebenarnya bisa juga merupakan gabungan berbagai mekanisme (Satyana, 2003- Accretion and Dispersion of Southeast Sundaland : the Growing and Slivering of a Continent, Joint Convention of IAGI-HAGI; Satyana, 2010 – Crustal Structures of the Eastern Sundaland’s Rifts, Central Indonesia: Geophysical Constraints and Petroleum Implications, SEG-HAGI Convention).

Src : BAGI
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

Proses Pembentukan Gunungapi

Pergerakan antar lempeng menimbulkan empat busur gunungapi berbeda.
  • Pada pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh, sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan. Kemudian terbentuk busur gunungapi tengah samudera.
  • Pada saat terjadi tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua dan menimbulkan gesekan antarkerak, terjadilah peleburan batuan. Selanjutnya lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan membentuk busur gunungapi di tepi benua.
  • Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan keluar lelehan batuan atau magma ke permukaan, sehingga terbentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan.
  • Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan kepada magma menerobos ke dasar samudera. Terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.
Src: http://piba.tdmrc.org
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

Kondisi Geologi Gunung Api Sinabung


Gunung Api Sinabung yang terletak di provinsi Sumatra Utara termasuk dalam gunung api yang jarang diteliti, baik dari sis geologi maupun ilmu kebumian lainnya. Jarangnya penelitian tersebut dilakukan karena gunung api tersebut dulunya (sebelum tahun 2010) masuk dalam kategori gunung api tipe B atau setelah tahun 1600 belum pernah meletus. Hal tersebut membuat banyak ahli gunung api di Indonesia memfokuskan penelitiannya pada gunung-gunung api tipe A atau gunung api yang pernah meletus setelah tahun 1600. Walaupun demikian, Pak Awang Harun Setyana (Geologi Senior Indonesia) mencoba mengulas kondisi geologi Gunung Api Sinabung dari sisi kondisi geologi.
Berikut ini tulisan dari Pak Awang Satyana tentang kondisi geologi gunung api Sinabung. Tulisan ini saya copas (copy-paste) tanpa mengedit sedikitpun. Cekidoooot……..
GEOLOGI GUNUNG SINABUNG
Gunung Sinabung, berdasarkan pemetaan geologi, adalah gunungapi stratovolcano seperti banyak gunungapi lainnya di Indonesia, stratovolcano artinya berbentuk kerucut disusun oleh perlapisan antara lava dan tuf (ex abu volkanik). Penyusun utama gunung ini adalah lava dan abu volkanik andesitik – dasitik berumur Plistosen-Holosen (artinya sebelum 1,8 juta tahun yang lalu gunung ini tidak ada).
Gunung Sinabung tumbuh di dataran tinggi bernama Plato Karo, secara administratif ia juga masuk ke Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Sinabung terletak sekitar 40 km di utara baratlaut Danau Toba. Danau Toba sendiri sesungguhnya adalah sebuah kawah gunungapi purba yang meletus begitu hebatnya pada 74.000 tahun yang lalu.
Di puncak Sinabung ditemukan empat kawah yang membentuk kelurusan hampir utara-selatan, saling tumpang-tindih.Tiga kawah bagian utara sudah mati, satu kawah paling selatan masih aktif. Kelurusan kawah hampir utara-selatan dipunyai juga oleh kawah-kawah Toba yang saling tumpang-tindih, hanya umur kawah berbeda-beda, dan kawah terakhir yang membentuk Danau Toba sekarang menelan kawah-kawah tua yang lain. Boleh diduga bahwa kelurusan utara-selatan ini merupakan sesar/patahan cabang (splay fault, synthetic) yang secara regional terhubung ke Sesar Sumatra. Di gunung-gunungapi Sumatra, magma hasil peleburan mantel dan air dari kerak samudera di zona subduksi naik ke permukaan melalui celah besar Sesar Sumatra, sehingga gunung-gunungapi di Sumatra terjadi tak jauh dari Sesar Sumatra yang membelah bagian barat Sumatra dari ujung utara ke ujung selatan sepanjang sekitar 1700 km.
Banyak aliran lava purba mengalir di lereng Sinabung, tetapi tak diketahui pasti itu hasil erupsi kapan. Carbon dating yang pernah dilakukan pada satu arang mungkin ex fragmen pohon yang diterjang lava menghasilkan umur sekitar 1200 tahun yang lalu (menurut Volcano Discovery). Maka diduga bahwa Sinabung pernah meletus pada sekitar tahun 800 M. Tetapi literatur-literatur pada umumnya menyebutkan bahwa Sinabung meletus terakhir pada tahun 1600 (?, harus dikonfirmasi, tak ada bukti).
Sinabung meskipun memang tak ada catatan meletus sejak 1600, bukan gunungapi mati sebab pada tahun 1912 dilaporkan terjadi aktivitas solfatara di puncaknya. Aktivitas solfatara artinya ada semburan uap dan gas belerang panas dari retakan-retakan di permukaan tanah/batuan. Aktivitas solfatara menunjukkan gunungapi sedang tidur, bukan mati.
BAGAIMANA KE DEPAN?
Saat ini Gunung Sinabung sedang meletus hebat. Bila aktivitas kegempaan (volkanik) dan hembusan/emisi gas SO2 masih tinggi, itu menunjukkan bahwa aktivitas erupsi Sinabung belum akan berakhir sebab kegempaan dan gas SO2 itu menunjukkan ada massa magma yang tengah naik ke permukaan. Dampak lain yang berbahaya adalah hujan di tengah musim hujan ini. Hujan akan mendatangkan lahar yang memindahkan material volkanik dari atas ke bawah. Lahar adalah aliran pekat yang sangat kuat yang bisa merenggut apa pun yang dilaluinya. Jadi, lebih dari 25.000 pengungsi harus tetap berada di tempat pengungsian, dibuat cukup nyaman di sana, sebab karakter Sinabung bisa tak terduga, kita belum mengenalnya dengan baik.
Ulasan kondisi geologi gunung api Sinabung yang masih tergolong sangat umum di atas harus menyadarkan kita bawah banyak hal yang belum kita pelajari dari gunung api Sinabung. Sampai saat ini tidak belum mengetahui, seperti apa karakter letusannya. Kawasan rawan bencana gunung api Sinabung yang sudah ditetapkan oleh pemerintah harus menjadi acuan agar selamat dari bahaya gunung api. Banyak hal yang belum dipelajari dari gunung api Sinabung, semoga tulisan Pak Awang tentang kondisi geologi gunung api Sinabung bermanfaat bagi kita.

 Src : IBN
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

5.2.14

Penemu Alat Ukur Gempa Bumi

http://tremor.nmt.edu/faq/images/richter.jpg

Kenapa Kekuatan gempa diukur dengan skala Richter Ya, ?
Ilmuwan seismologi dari Amerika Serikat ini lahir di Hamilton, Ohio, Amerika Serikat. Dia berhasil menyelesaikan gelar doktornya di Institut Kalifornia pada 1928. yang bernama Charles Richter

Pada 1927, Richter bekerja pada Institut Carnegie, selanjutnya dia diterima di Institut Teknologi Kalifornia tempat dia belajar dulu. Kemudian, dia diangkat menjadi profesor pada bidang seismologi pada 1952.


 http://earthquake.usgs.gov/regional/sca/lectures/richter-small.jpg

Richter mengembangkan skala untuk mengukur kekuatan gempa bumi pada tahun 1935 yang dikenal sebagai skala Richter. Skala untuk mengukur kekuatan gempa telah diperkenalkan terlebih dahulu oleh pendahulunya De Rossi pada 1880-an dan Giuseppe Mercalli pada 1902, tetapi keduanya masih menggunakan skala kualitatif berdasarkan tingkat kerusakan bangunan setelah terjadi gempa bumi. Tentu saja ini hanya bisa diterapkan di tempat yang ada bangunannya dan sangat tergantung dari jenis material pembuat bangunannya.

 http://archives.caltech.edu/pictures/1.46.1-17.jpg

Sementara, Richter bersama rekan-rekannya sesama ilmuwan berhasil menemukan alat ukur kekuatan gempa yang didasarkan kepada tingkat energi yang dilepaskan pusat gempa. Richter membagi tingkat kekuatan gempa itu dari ukuran satu hingga sembilan. Salah satu buku Richter yang cukup terkenal di bidang sesismlogi berjudul, Seismicity of the Earth yang ditulis bersama Gutenberg.


ilmuwan penemu alat ukur kekuatan gempa adalah Charles Richter. Sebagai bentuk penghargaan atas temuannya, maka satuan untuk kekuatan gempa disebut skala Richter.
 
Src : AdD
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

Kisah Al Quran, Tragedi di Balik Laut Mati


 
Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka)… (QS. Al Qamar, 54:33-34)
 
Wilayah Anatolia, dataran Mesopotamia, semenanjung Arabia dan benua Afrika telah menjadi saksi lahirnya beragam peradaban besar sejak dahulu kala. Sepanjang sejarah, Allah mengutus para Rasul untuk menyeru mereka mengikuti jalan-Nya. Kaum yang mengingkari para utusan tersebut, yang mencoba membunuh dan mengusir mereka, semuanya telah dihancurkan…
 
Salah satu peradaban ini ditemukan dalam wilayah batas negara Israel saat ini. Penduduk yang menetap di pesisir Laut Mati ini adalah kaum Luth. Al Qur’an mengabarkan bahwa hubungan kelamin sesama jenis sedemikian merajalela di kalangan mereka hingga belum pernah dijumpai hal serupa sebelumnya:
 
Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas. (QS. Asy Syu’araa’, 26:161-166)
 
Ketika Nabi Luth menyuruh mereka meninggalkan perilaku maksiat dan menyampaikan perintah Allah, mereka ingkar, dan menolaknya sebagai seorang Nabi dan melanjutkan perilaku menyimpang mereka. Sebagai balasannya, mereka dihancurkan dengan bencana mengenaskan.
 
Ketika membaca Perjanjian Lama, kitab suci umat Nasrani dan Yahudi, akan kita ketahui bahwa hal ini dilukiskan dengan istilah yang sama sebagaimana dalam Al Qur’an. Menurut Perjanjian Lama, tempat tinggal kaum berperilaku menyimpang ini adalah kota Sodom. 
 
Temuan purbakala hasil penggalian mengungkapkan, kota tersebut dibangun dekat Laut Mati, di sepanjang perbatasan Israel dan Yordania. Para arkeolog yang bekerja di wilayah tersebut menemukan bukti telah tejadinya bencana mengerikan. Kerusakan parah pada rangka manusia yang berhasil digali menandakan telah terjadinya gempa bumi dahsyat.
 
Al Qur’an meriwayatkan bahwa malaikat datang kepada Nabi Luth dan memperingatkan hal ini di malam sebelum terjadinya bencana:
 
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi; yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (QS. Huud, 11:81-83)
 
Ungkapan"Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah" dalam segala kemungkinannya bermakna daerah tersebut hancur oleh gempa bumi dashyat. Menurut siaran BBC berjudul " Ilmuwan MengungkapTamatnya Riwayat Kota Sodom ", geolog asal Inggris, Graham Harris, termasuk ilmuwan yang menemukan bukti meyakinkan tentang hal ini. 
 
Menurutnya, Sodom dibangun di pesisir Laut Mati dan penduduknya berdagang aspal yang tersedia di wilayah tersebut. Zat hitam lengket ini di masa lalu digunakan sebagai pelapis tahan air pada perahu dan perekat bebatuan pada bangunan.
 
Daerah permukiman yang tepat di pesisir Laut Mati ini, juga berdiri di atas dataran yang mudah guncang. Ini adalah titik bertemunya dua lempengan tektonik yang bergerak berlawanan arah. Ini adalah zona gempa bumi! 
 
Lapisan lahar dan batu basal yang ditemukan selama penggalian adalah bukti terkuat telah terjadinya letusan gunung berapi dan gempa bumi di sini. Peristiwa yang digambarkan Al Qur’an dengan kalimat "Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi" besar kemungkinannya sebagai letusan gunung berapi. 
 
Peristiwa tersebut dilukiskan oleh ayat yang sama dalam kalimat "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah" sangat mungkin merujuk pada pecahan dan penghancuran akibat gempa bumi.
 
Di bawah pesisir Laut Mati terdapat sejumlah besar timbunan kantung-kantung gas metana mudah terbakar. Gempa bumi pastilah telah mengguncangnya dan menjadikannya terbakar. Permukaan tanah lalu berubah menjadi pasir hanyut, dan longsor besar menenggelamkan kota tersebut ke dalam air.
 
Serangkaian percobaan ilmiah di Universitas Cambridge membenarkan teori ini. Para ilmuwan membangun tiruan tempat berdiamnya kaum Luth di laboratorium, dan mengguncangnya dengan gempa buatan. 
 
Sesuai perkiraan, dataran ini terbenam dan miniatur rumah tergelincir masuk dan terkubur di dalamnya. Penemuan arkeologis dan percobaan ilmiah ini mengungkap satu kenyataan penting: kaum Luth yang disebutkan Al Qur’an memang pernah hidup di masa lalu, dan diazab oleh bencana kiriman Allah akibat penyimpangannya. Semua bukti terjadinya bencana itu kini telah terungkap, dan sesuai benar dengan pemaparan Al Qur’an.
 
Begitulah, Letusan Dahsyat membinasakan mereka saat fajar tiba:
Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (QS. Al Hijr, 15:73-75)

 Src : JHU
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

Sejarah Letusan dan Pengamatan Gunung Api Sinabung


letusan sinabungGunung Api Sinabung yang terletak di tanah Karo Sumatra Utara, semalam pukul 02:51 tanggal 15 September 2013 kembali menunjukkan “keperkasaannya”. Banyak warga mengungsi untuk menghindari dampak negatif dari letusan gunung tersebut. Saat ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi  Badan Geologi telah menaikkan status gunung api Sinabung menjadi Siaga atau level III dimana sebelumnya berstatus waspada atau level II. Untuk mengenal status gunung api, pembaca bisa membaca  tulisan saya tentang mengenal status gunung api.

Sejarah Letusan Sinabung

Gunung api Sinabung yang terletak di Sumatra Utara tersebut, pada awalnya merupakan gunung api Tipe B dimana setelah tahun 1600 tidak pernah menunjukkan aktifitas letusan. Karena awalnya dikategorikan gunung api tipe B maka pemerintah kita tidak melakukan pengamatan terhadap gunung api tersebut. Letusan Gunung api Sinabung tahun 2010 membuka mata kita semua bahwa gunung api Tipe B juga bisa menimbulkan letusan yang luar biasa.
Sejak 2010 tersebut, gunung Sinabung tercatat pernah meletus pada tanggal 27 Agustus 2010 pada pukul 18:30 wib, kemudian diikuti tanggal 29 Agustus pukul 0:10 wib, 30 Agustus pukul 06:23 wib, 03 September pukul 04:38 wib dan 17:59 wib,  dan 07 September pukul 0:23 wib terjadi letusan terbesar. Setelah kejadian beberapa letusan tahun 2010 tersebut, Gunung api Sinabung yang merupakan gunung api jenis Strata tersebut oleh Pemerinta kita dijadikan Gunung Api Tipe A yang harus mendapatkan perhatian khusus berupa pembuatan pos pengamatan.

Pengamatan Gunung Api Sinabung

Pos pengamatan gunung api sinabung terletak di Jl. Tiras Bangun, Gg Kayu Bakar, Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo (sekitar 8,5 Km dari puncak). Untuk mengamati gempa vulkanik, di atas gunung api Sinabung telah dipasang sensor seismometer sebanyak 4 unit dan hasil rekaman dikirim ke pos pengamatan. Selain sensos seismometer, di gunung api Sinabung juga telah terpasang GPS Geodetik untuk mengamati deformasi gunung api. GPS geodetik tersebut terpasang secara kontinyu dan datanya terus terkirim melalui gelombang radio ke Pos pengamatan.
Untuk memahami metode-metode yang digunakan dalam mengamati gunung api, pembaca bisa membaca tulisan saya tentang Metode Pengamatan Gunung Api.
Hasil pengamatan gunung api Sinabung terkini yang saya kutip dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi (tanggal 15 September 2013) dinyatakan bahwa:

kegempaan

Secara umum aktivitas kegempaan G. Sinabung dalam perioda tahun 2012-2013 cenderung mengalami beberapa kali fluktuasi. Sejak tanggal Juli-September 2013 aktivitas kegempaan G. Sinabung menunjukkan ada fluktuasi lagi.
  • Tanggal 1-31Agustus 2013. 489 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 24 kali kejadian Gempa Hembusan, 47 kali Gempa Tektonik Lokal (TL), 60 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ).
  • Tanggal 1-14 September 2013. 255 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 16 kali kejadian Gempa Hembusan, 5 kali Gempa Tektonik Lokal (TL), 24 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ).
15 September 2103. Tremor pukul 03.10 WIB sampai saat ini, dengan amplituda maksimum 3-15 mm.
VISUAL
  • Tanggal 1-14 September 2013. Cuaca cerah-mendung, angin tenang-sedang dari arah barat, suhu 17-25oC, gunungapi jelas-tertutup kabut, asap putih tebal dengan tinggi asap 100-150 meter. Pukul 02.55 WIB teramati api diam di sekitar puncak.

Src : IBN
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

Mengenal Aliran Piroklastik dan Awan Panas


aliran piroklastik2 hari yang lalu, Gunung Api Sinabung kembali erupsi/meletus dan mengeluarkan awan panas serta aliran piroklastik yang memakan korban jiwa. Awan panas yang termasuk aliran piroklastik ini merupakan salah produk atau hasil letusan gunung api. Aliran piroklastik biasanya tidak datang sendiri, selama aliran piroklastik terjadi maka di atasnya akan muncul awan panas dan debu vulkanik. Dalam beberapa kasus aliran piroklastik tidak sampai ke permukiman karena energi potensial mungkin habis karena lereng yang mulai landai, namun walaupun aliran piroklastiknya berhenti awan panas yang datang bareng aliran tersebut akan terus bergerak dan memanaskan segala yang ada di depannya.
letusan gunung api
Bahaya yang ditimbulkan dari letusan gunung api (lahar, lava, hujan debu, aliran piroklastik, awan panas, awan debu)
Untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan kita bersama, pada kesempatan kali ini saya akan coba membahas sedikit tentang apa itu aliran piroklastik, awan panas dan bahaya bagi kehidupan manusia.

Aliran Piroklastik

Aliran piroklastik merupakan salah satu hasil letusan gunung api berapi yang terdiri dari gas vulkanik, abu vulkanik dan batuan vulkanik yang yang menuruni lereng sebuah gunung api dengan cepat. Konon katanya aliran piroklastik ini dapat menuruni lereng dengan kecepatan melebih 100 km/jam dan suhu yang bisa mencapai  200°C s/d 700°C (USGS). kecepatan aliran piroklastik itu sendiri tentu saja sangat bergantung pada kemiringan lereng dan densitas batuan, abu yang mengalir.
Kata piroklastik atau dalam bahasa Inggris Pyroclastic sebenarnya berasal dari bahasa Yunani. Asal katanya dari pyro atau fire yang berarti api dan classtic yang berarti  hancuran atau lepas. Sehingga apabila kita artikan secara langsung maka piroklastik berarti aliran yang sudah hancur namun panas seperti api.
Aliran piroklastik biasanya diakibat oleh beberapa faktor seperti runtuhnya kubah lava dan letusan kolom sebuah gunung api yang kemudian hasil hasil letusan yang naik ke atas tersebut turun lagi ke bawah dan turun lagi melalui lereng-lereng gunung api.
aliran piroklastik
Aliran piroklastik dan awan panas (Courtesy of B. Meyers, USGS)
Aliran piroklastik ini dibagi dalam beberapa bagian sebagaimana ditunjukkan oleh gambar sebelah kanan. Yang paling bawah dinamakan aliran piroklastik yang terdiri dari bongkahan-bongkahan, kerikil, kerakal, pasir dan di atasnya terdapat awan panas (ash-cloud surge) yang terdiri dari debu dan gas.

Awan Panas

Awan panas merupakan bagian dari aliran piroklastik. Awan panas ini bisa sangat berbahaya dibandingkan dengan aliran piroklastik lainnya. Awan panas ini bisa mencapai kawasan yang lebih jauh karena materialnya berupa debu dan gas vulkanik yang sangat mudah terbawa angin karena densitasnya yang rendah. Awan panas ini bisa sangat berbahaya karena dianya bisa membakar segala yang ada dihadapanya karena suhunya yang sangat panas. Dari sekian banyak bahaya yang ditimbulkan gunung api seperti jatuhan debu dan batu, aliran lava, lahar dan hujan asam. Awan panas menduduki peringkat pertama tingkat kebahayaannya.
Hampir tidak ada solusi untuk selamat apabila harus berhadapan dengan aliran awan panas kecuali ada Bungker yang dibuat khusus (bangunan penyelamatan) dan bisa menahan panas yang dibawa oleh awan tersebut.
aliran piroklastik
Aliran Piroklastik Gunung Api Sinabung (http://solografi.com)
Semoga artikel Mengenal Aliran Piroklastik dan Awan Panas ini bermanfaat bagi pembaca setia Blog Melek Bencana. Memberikan pemahaman tentang bahaya gunung api khususnya aliran piroklastik dan awan panas.

Src : IBN
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

Mengenal Status & Kawasan Rawan Bencana Seulawah Agam


KRB Seulawah Agam_kecilPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berpusat di Bandung sejak 3 Januari 2013 pukul 19:00 wib telah meningkatkan status Gununga api Seulawah Agam yang terletak di Aceh Besar dari status Normal ke Waspada. Kenaikan status ini karena Gunung api Seulawah dalam beberapa hari sebelum tanggal 3 Januari mengalami sedikit peningkatan aktifitas kegempaan berupa gempa vulkanik. Peningkatan aktifitas ini tercatat di Pos Pengamatan Gunung api (PGA) Seulawah Agam yang sejak tahun 1997 sudah dibangun dan terus melakukan pengamatan terhadap Gunung api Seulawah Agam sekarang. Menurut data yang dicatat oleh petugas PGA yang terletak di desa Lambaro Tunong dan dipublikasi oleh PVMBG didapat bahwa sejak 27 Desember 2012 s/d 4 Januari 2013 telah mengamati beberapa kali gempa vulkanik.
Hasil pengamatan Gunung api Seulawah Agam yang dilakukan oleh petugas selama 24 jam x 7 hari selalu dilaporkan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di Bandung. Apabila ada peningkatan aktifitas di atas normal maka PVMBG akan menaikkan status Gunungapi Seulawah Agam. Karena beberapa hari terakhir terjadi peningkatan status satu tingkat dan untuk memberikan pemahaman yang sama tentang status Gunung api Seulawah Agam, makanya saya ingin berbagai tulisan ini supaya kita faham tentang status gunung api dan kawasan rawan bencana gunung api.

Level Status Gunung Api

Semenjak peningkatan status Gunung api Seulawah Agam dari Normal menjadi Waspada, banyak masyarakat yang tinggal di sekitar gunung api menjadi was-was dan takut. Untuk meluruskan pemahaman masyaraakat tentang status gunung api tersebut, berikut ini ada penjelasan tentang level/tingkat status gunung api berdasarkan pedoman dari PVMBG.
  1. Level I Normal; kondisi dimana gunung api dalam keadaan normal, tidak ada aktifitas magma. Pada level ini, kegiatan berjalan normal namun bagi para pihak terkait dan peneliti sangat diharapkan agar melakukan penelitian menyeluruh tentang gunung api tersebut dan PGA terus melakukan pengamatan 24 jam x 7 hari.
  2. Level II Waspada; ada aktifitas di atas normal seperti adanya gempa vulkanik dan peningkatan suhu. Pada tahap ini, masyarakat, para wisatawan, mahasiswa pecinta alam diharapkan tidak mendekati kawah gunung api namun masyarakat tidak perlu mengungsi dan melakukan aktifitas secara normal. Pihak berwenang harus melakukan penilaian bahaya secara menyeluruh seperti melakukan pengecekan data yang diterima di pos pengamatan, melihat apakah ada kecendrungan peningkataan frekwensi tremor/getaran/gempa vulkanik atau menurun.
  3. Level III Siaga; peningkatan aktifitas magma berupa gempa vulkanik yang makin sering dan cenderung mengarah ke letusan gunung api. Peningkatan aktifitas magma ini juga mulai teramati juga secara visual berupa keluarnya asap di puncak gunung api. Pada level III ini, Pihak terkait (pemerintah dan LSM), sudah bisa menyiapkan sarana darurat dan koordinasi antar lembaga harus dilakukan lebih intensif.
  4. Level IV Awas; terjadinya letusan kecil dan keluarnya asap di gunung api yang manandakan akan mendekati/menjelang letusan utama. Letusan utama dimungkinkan akan terjadi dalam waktu 24 Jam. Pada tahap ini, wilayah yang terancam letusan gunung api harus segera dikosongkan, artinya masyarakat harus segera mengungsi. Koordinasi dan piket penuh antar lembaga wajib dilakukan secara intensif.
Setelah melihat tahap/level gunung api, maka Seulawah Agam yang berstatus Waspada masih jauh dari bahaya dan masih aman. Dihimbau kepada masyarakat yang tinggal di kawasan dekat dengan gunung api untuk melakukan aktifitas seperti biasanya namun kepada kepala desa dan pemuda kampung sangat diharapkan untuk terus melakukan koordinasi dengan pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Pos Pengamatan Gunung api, Pihak Kecamatan dan TNI/Polri.

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Seulawah Agam

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tahun 2007 telah membuat Peta Kawasan Rawan Bencana letusan/erupsi gunung api Seulawah Agam, Peut Sangoe, Burni Telong untuk provinsi Aceh dan beberapa gunung api yang ada di Indonesia. Mereka membagi Kawasan Rawan Bencana (KRB) tersebut ke dalam 3 (tiga) kategori seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Peta Kawasan Rawan Bencana erupsi Gunungapi Seulawah Agam (Sumber: PVMBG, 2007)
Peta Kawasan Rawan Bencana erupsi Gunung api Seulawah Agam (Sumber: PVMBG, 2007)
Keterangan warna dan pembagian kawasan rawan bencana
Keterangan warna dan pembagian kawasan rawan bencana gunung api Seulawah Agam
Peta yang anda lihat ini merupakan peta dugaan aliran lava, lahar, awan panas, hujan debu, lontaran batu bijar segala material yang keluar dari dalam gunung api apabila Gunung api Seulawah Agam Meletus. Pada peta KRB di atas, kawasan yang rawan terhadap bencana letusan gunung api dibagi menjadi 3 kawasan.  Keterangan masing-masing warna dan lingkarang dapat dilihat pada gambar disampingnya. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang apa yang harus dilakukan sebelum, ketika dan sesudah letusan gunung api, saya menyarankan kawan-kawan membaca tulisan tentang Tips menghadapi bencana gunung api dan upaya mitigasi gunung api Peut Sagoe.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua dan dengan mengenal bencana kita bisa hidup berbarengan dengan bencana.

Src : IBN 
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo

StatUS Gunung Api Sinabung Tanggal 1 Februari 2014


sinabung 
Setelah sekian lama erupsi, kemarin tanggal 1 Februari 2014 Gunung Api Sinabung kembali mengalami erupsi hebat dengan mengeluarkan abu vulkanik dan awan panas. Erupsi hebat kali ini berbeda dengan biasanya karena ada masyarakat yang menjadi korban. Masyarakat yang menjadi korban adalah para petani yang kembali ke ladang mereka dan beberapa orang lain yang seharusnya tidak berada pada zona bahaya gunung api Sinabung. Pada awal-awal letusan Gunung api Sinabung beberapa bulan yang lalu, pemerintah yang sudah menetapkan kawasan yang aman dan kawasan bahaya. Seandainya kita semua mau mematuhi yang telah ditetapkan tentu tidak ada korban jiwa dalam letusan erupsi hebat Sinabung kemarin (01 Februari 2014). Berikut ini laposan gunung api Sinabung dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pertanggal 1 Februari 2014 dan Rekomendasi yang sudah dikeluarkan pada tanggal 10-17 Januari 2014 lalu.

Visual dan Kegempaan Sinabung

Berdasarkan informasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi. Cuaca cerah-berawan, angin perlahan ke arah Selatan-Tenggara. Teramati tinggi kolom erupsi 2.000 meter, luncuran awan panas 2.000-4.500 meter ke arah Selatan-Tenggara, dan terdengar suara gemuruh sampai Pos PGA (8,5 Km dari G. Sinabung). SEISMISITAS:
  • 4 x Erupsi; lama erupsi 66-474 dtk.
  • 6 x gempa vulkanik dalam;
  • 2 x gempa frekwensi rendah;
  • 42 x gempa Hybrid;
  • 130 x gempa Guguran;
  • Tremor menerus, amplituda maksimum 15 mm.
Catatan kejadian 3 erupsi adalah pkl 07:03, 10:30 (Awan panas mencapai 4.5 km, menyebabkan korban) dan 11:27. (awanpanas mencapai 3 km dr puncak) WIB.
Info sementara dari Camat Payung: ada 3 org di rumasakit, 1 org sukameriah, 2 org gurki, dan 4 org meninggal yg datang ziarah ke Desa Sukameriah (jarak kurang dr 3 km dr Puncak G Sinabung) dan saat ini tim evakuasi belum berani menuju ke lokasi.
Data: PVMBG dan Camat Payung. Dalam status Awas Gunung Api Sinabung direkomendasikan, agar tdk ada aktivitas masyarakat dlm radius 5 km dr puncak Sinabung.

Rekomentasi Dari Pemerintah

Pemerintah kita melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, sudah mengeluarkan beberapa rekomendasi atau arahan kepada masyarakat. Berikut ini rekomendasi yang dikeluarkan pemerintah pertanggal 10 – 17 Januari 2014 atau beberapa hari yang lalu.
  1. Masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak mendaki dan melakukan aktivitas pada radius 5 km dari Kawah Sinabung. Masyarakat di 17 Desa dan 2 Dusun yang tersebar dalam 4 Kecamatan yaitu : Kecamatan Tiga Nderket (Desa Mardinding, Desa Kuta Mbaru, Desa Temberun, Desa Tiga Nderket, Desa Perbaji); Kecamatan Payung (Desa Selandi, Desa Sukameriah, Guru Kinayan); Kecamatan Simpang Empat (Desa Berastepu dan Dusun Sibintun serta Desa Gamber); Kecamatan Naman Teran (Desa Bekerah,  Desa Simacem,  Desa Sukanalu, Desa Kuta Tonggal, Desa Sigarang-garang, Desa Kuta Rakyat,  serta Desa Kuta Gugung dan Dusun Lau Kawar) agar diungsikan.
  2. Masyarakat Kecamatan Naman Teran (Desa Kebayaken, Desa Naman dan Desa Kutambelin), yang terletak di timur laut dan berada di luar radius 5 km berpotensi terkena material jatuhan letusan. Desa Kuto Tengah, Desa Pintubesi, dan Desa Jeraya (Kecamatan Simpang Empat), yang terletak pada arah Tenggara bukaan kawah, dan berada di luar radius 5 km dari puncak berpotensi terkena awanpanas. Ke enam desa tersebut agar diungsikan.
  3. Jika terjadi hujan abu, masyarakat untuk diam di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan memakai masker, penutup hidung dan mulut serta pelindung mata.
  4. Bagi atap rumah masyarakat yang terkena dampak dari hujan abu vulkanik tebal, agar segera membersihkan atap bangunan, untuk mencegah robohnya atap  karena beban berat.
  5. Masyarakat yang terganggu akibat hujan abu vulkanik lebat terutama anak – anak dan masyarakat rentan lainnya di sekitar G. Sinabung, dapat diungsikan sementara hingga hujan abu lebat mereda.
  6. Sehubungan dengan meningkatnya intensitas curah hujan, maka masyarakat yang bermukim dekat sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.
  7. Masyarakat agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah Kabupaten Karo/ Muspida Karo yang senantiasa mendapat laporan tentang aktivitas G. Sinabung.
  8. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui Pos Pengamatan Gunung api Sinabung di Jl. Kiras Bangun, Gg Kayu Bakar, Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo selalu berkoordinasi langsung dengan Pemerintah Kabupaten / Muspida Karo, BPBD Provinsi dalam memberikan informasi tentang aktivitas G. Sinabung.
  9. Badan Geologi akan selalu berkoordinasi dengan BNPB, BPBD Provinsi dan Satlak PB Kabupaten Karo dalam memberikan informasi tentang kegiatan G. Sinabung.
Semoga saudara kita di sekitar Gunung Api Sinabung diberikan kekuatan dalam menghadapi bencana alam gunung api ini. Yakinlah bahwa setiap bencana alam datang, akan menjadikan masyarakat yang tangguh dan memahami fenomena alam serta tahu di kondisi alam seperti apa kita hidup. Mari belajar dari alam dan bersahabat dengan bencana alam.

Source : IBN
Eo : Ahmad Zaman Huri
Continue lendo
 

Geophy Palace Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates