Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak
ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat
diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah atau batuan menjadi
licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu
dengan bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alami maupun
buatan manusia. Lereng yang terbentuk secara alami misalnya: lereng
bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain:
galian dan timbunan untuk membuat bendungan, tanggul dan kanal sungai
serta dinding tambang terbuka (Arief, 2007). Adapun jenis-jenis longsor
yang dikenal dalam tambang terbuka adalah:
a. Longsor bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa
bidang kekar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan.
Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang :
- Terdapat bidang lincir bebas (daylight) berarti kemiringan bidang lurus lebih kecil daripada kemiringan lereng
- Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan arah lereng (maksimum berbeda 200).
- Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya.
- Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran.
b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu
bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara
bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya.
Bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun
bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa
bidang lemahnya maupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut :
- Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
- Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan lereng.
- Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua bidang lemah.
c. Longsoran busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada
batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya
terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai
bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali
lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran
dipengaruhi oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh
batuan kedalam massa diskontinuitas.
Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas
mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan
terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat
kecil dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah
lapuk cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran
busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka
lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas
lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya
gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya
dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut .
d. Longsoran guling
Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng
terjal dengan bidang-bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan
arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa
berbentuk blok atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur
ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan bidang luncurnya,
tinggi balok dan lebar balok terletak pada bidang miring.
Namun demikian, seringkali tipe longsoran yang ada merupakan gabungan
dari beberapa longsoran utama sehingga seakan-akan membentuk suatu tipe
longsoran yang tidak beraturan (raveling failure) atau seringkali
disebut sebagai tipe longsoran kompleks.