Patahan
di Aceh sungguh komplek dan sedikit diteliti, gempa Aceh Tengah dan
Bener Meriah 2 Juli 2013 menjadi pengingat bahwa kita memiliki potensi
gempa darat atau gempa sesar darat dan harus betul-betul diteliti. Gempa
darat memiliki efek merusak lebih kuat karena sumber sangat dekat
dengan permukaan. Sumber gempa 2 Juli 2013 diyakini tidak terjadi pada
patahan Aceh yang sudah terpetakan sebelumnya, melainkan terjadi di
patahan baru. Sambil menunggu beberapa ahli menulis tentang patahan baru
di Aceh, melalui tulisan ini saya mencoba sedikit mengupas
patahan-patahan yang sudah terpetakan sebelumnya di Aceh. Harapannya
kita memahami patahan yang sudah ada, sambil menunggu analisa lain dari
para pakar. Untuk memahami patahan Aceh lebih menyeluruh, sebelumnya
saya akan menjelaskan sedikit tentang Tatanan tektonik Sumatra.
Tatanan Tektonik Sumatra
Di
pulau Sumatera, pergerakan lempeng Indo-Australia menabrak dan menunjam
ke bawah lempeng Eurasia yang kemudian menghasilkan rangkaian busur
pulau depan (
forearch islands) atau zona prismatik akresi yang
non-vulkanik (seperti: P. Simeulue, P. Banyak, P. Nias, P. Batu, P.
Siberut hingga P. Enggano), dan rangkaian pegunungan Bukit Barisan
dengan jalur vulkanik di tengahnya, serta sesar aktif “The Great
Sumatera Fault” atau Sesar Sumatra atau patahan Sumatra yang membelah
pulau Sumatera mulai dari Teluk Semangko hingga Banda Aceh dan menerus
ke laut Andaman. Sesar utama pulau Sumatra tidaklah 1 garis memanjang,
malainkan dibagi dalam beberapa segmen utama seperti pernah saya
jelaskan pada tulisan tentang
Gempa Bener Meriah.
Di samping segmen utama patahan/sesar tersebut tersebut, terdapat
patahan-patahan lain yang juga bisa menjadi sumber gempa. Di Aceh
sendiri, terdapat patahan Sumatra segmen Aceh, Seulimuem, Tripa, Batee,
Peusangan-Blang Pidie, Lhokseumawe, dan Blangkejeren.
Tatanan tektonik sumatra (sumber: Mc Caffrey R, 2009)
Ilustrasi
tatanan tektonik Sumatra yang terdiri zona subduksi, palung laut
kepulauan busur muka atau zona prismatik akresi, cekungan busur muka,
bukit barisan, sesar sumatra, gunungapi, dan cekungan busur belakang
seperti terlihat pada gambar di samping. Karena lempeng Indo-Australia
menunjamnya miring sehingga terbentuknya patahan di tengah-tengah pulau
Sumatra. Tatanan tektonik yang sangat komplek ini menjadikan pulau
Sumatra kaya akan sumber daya lama dan kaya akan bencana alam.
Berikut ini beberapa patahan Aceh atau patahan yang berada di Aceh:
Patahan Segmen Aceh dan Seulimuem
Sesar Sumatra Segmen Aceh dan Seulimum (Didik et al, 2010)
Sesar
Sumatra segmen Aceh membentang mulai dari Aceh Tengah menerus sampai ke
Mata Ie dan sampai ke Pulau Aceh. Sesar Sumatra segmen Aceh ini, sejak
tahun 1892 belum pernah digoncang gempa di atas 6 Mw. Pada tahun 2013
ini, segmen ini telah mengalami gempa dengan skala di atas 6 Mw di
sekitar Aceh Tengah dan Bener Meriah. Kejadian gempa 22 Januari 2013
tersebut telah mengindikasi bahwa sesar Sumatra segmen Aceh melepaskan
energi yang sudah puluhan tahun tidak lepas. Energi yang sudah lepas ini
membuat kita sedikit lega karena dalam waktu beberapa puluh tahun ke
depan mungkin di tempat tersebut tidak akan terjadi lagi gempa namun
segmen Aceh bagian lain harus diwaspadai. Segmen Aceh bagian lain
meliputi Banda Aceh dan Aceh Besar. Kapan energi gempa tersebut akan
lepas?? belum ada ilmu yang bisa memprediksinya.
Sesar
Sumatra Segmen Seulimuem sedikit berbeda dengan segmen Aceh. Pada
Segmen Seulimuem telah beberapa kali terjadi gempa pada tahun 1964 dan
17 Desember 1975 sebesar 6,2 Mw di kawasan Krueng Raya. Sesar Sumatra
segmen Aceh dan Seulimuem ini merupakan patahan di Aceh yang banyak
diketahui oleh orang.
Patahan yang ada di Aceh, 1A: Segmen Aceh, 1B: Segmen Seulimum, 3: Segmen Batee, dan 1C: Segmen Tripa (Danny Hilman, 2007)
Patahan Segmen Batee
Patahan
di Aceh lainnya adalah Sesar/patahan Sumatra segmen Batee menurut Danny
Hilman dan Kerry Sieh bukan merupakan sesar aktif. Sesar geser kanan
ini juga tidak menunjukkan gejala gempa sejak beberapa puluh ribu tahun
yang lalu. Di daratan Aceh, sesar ini dimulai dari Aceh Selatan menujuk
arah Barat-Laut sampai jalur tengah antara perbatasan Aceh Barat dengan
Aceh Tengah. Pada tahun 1995, Bellier and Sebrier juga mendapakan bahwa
sesar ini bergerak sekitar 1,2 – 0.5 cm/year, nilai pergerakan ini
didapat berdasarkan perkiraan perubahan marfologi. Walaupun segmen ini
tidak menunjukkan gempa sejak beberapa ribu tahun yang lalu, Takeo Ito,
dkk dari ITB, Nagoya Univ, BPPT dan Universitas Syiah Kuala menemukan
indikasi pergerakan segmen namun energi yang tersimpan tidak begitu
besar. Letak segmen Batee, pada gambar di samping ditunjukkan dengan
label nomor 3.
Patahan Segmen Tripa
Patahan
Sumatra Segmen Tripa berada di antara Aceh Tenggara dengan Aceh tengah.
Pada segmen patahan ini pernah terjadi gempa sesar pada tahun 1990 di
Kab. Gayo Lues dengan magnitudo sebesar 6,8 Ms dan di Aceh Tenggara pada
tahun 1936 dengan magnitudo sebesar 7,2 Ms.
Untuk pembaca yang ingin memahami skala Ms, bisa baca tulisan saya tentang
Magnitudo gempa.
Menurut
Irwan Meilano, patahan Sumatra segmen Tripa bergerak secara menganan
(sesar geser kanan) dengan kecepatan (laju geser/slip rate) sebesar 3,5
mm/tahun dengan kedalaman potensi sumber gempa 10 Km.
Patahan Segmen Peusangan
Patahan segmen Peusangan dari Bireun ke Blang Pidie (H.D. Tjia, 2011)
Berbeda
dengan segmen lainnya, Patahan segmen Peusangan ini merupakan patahan
di Aceh jarang sekali kita temukan dalam beberapa tulisan. Kalau segmen
Aceh, Seulimuem, Batee dan Tripa bagi sebagian orang sudah sangat
familiar, namun tidak dengan segmen Peusangan. Prof. Emeritus
H.D. Tjia (Geologis senior Indonesia), pada tahun 2011 melalui
Annual Intenational Workshop on Sumatra Tsunami Disaster and Recovery
(AIWEST-DR) yang dilaksanakan di Aceh memaparkan tentang patahan segmen
Peusangan ini. Beliau menduga bahwa, patahan Peusangan yang bergerak
secara geser-kiri menjadi penyebab gempa 8,7 Mw pada tanggal 28 Maret
2005. Kawasan segmen patahan Peusangan ini dapat dilihat pada gambar di
samping kiri.
Di daratan Aceh,
patahan Peusangan bagian utara berada di Bireun dan menerus ke Selatan
sampai ke Blang Pidie. Kondisi batimetri pulau Banyak yang linear juga
menunjukkan bahwa kawasan tersebut zona patahan Peusangan. Di bagian
utara, patahan Peusangan ini membentuk tepi lereng yang curam teras
Mergui.
Selain beberapa patahan yang
saya jelaskan di atas, masih banyak patahan-patahan Aceh yang belum
terpetakan. Namun demikian, syukur alhamdulillah sejak tahun 2005, ITB,
Nagoya Univ, BPPT dan Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika Universitas
Syiah Kuala membangun AGNeSS (
Aceh GPS Network for Sumateran Fault System)
yang terdiri dari 6 titik pengamatan permanen dan 18 titik pengamatan
episodik yang mencakup wilayah patahan Aceh, Seulimeum dan Batee. Pada
awal pemasangan dan pengukuran titik
GPS geodetik tahun 2005, penulis juga ikut terlibat namun masih sebatas mahasiswa…hehehehehe
Apa
yang dilakukan AGNeSS masih dalam tahap pengamatan pergerakan patahan
di Aceh berdasarkan pengamatan titik GPS Geodetik, pemetaan secara
menyeluruh sesar-sear aktif belumlah dilakukan. Semoga ke depan makin
banyak peneliti ilmu kebumian yang terjun ke Aceh dan Sumatra.
Editer : Ahmad Zaman Huri