9.12.13
Proses Pembentukan Minyak Bumi
Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis
molekul yang paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai
lurus maupun bercabang), sikloalkana, hidrokarbon aromatik, atau senyawa
kompleks seperti aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikan
molekulnya masing-masing, yang diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri
kimia, warna, dan viskositas.
Salah
satu teori terjadinya minyak bumi adalah teori “dupleks”. Menurut teori
ini, minyak bumi terbentuk dari jasad renik yang berasal dari hewan
atau tumbuhan yang telah mati. Jasad renik tersebut terbawa air sungai
bersama lumpur dan mengendap di dasar laut. Akibat pengaruh waktu yang
mencapai ribuan bahkan jutaan tahun, suhu tinggi, dan tekanan oleh
lapisan diatasnya, jasad renik berubah menjadi bintik-bintik dan
gelembung minyak atau gas.
Lumpur yang bercampur dengan jasad renik tersebut kemudian berubah
menjadi batuan sedimen yang berpori, sementara bintik minyak dan gas
yang terbentuk dari plankton bergerak “merembas” ke tempat yang
bertekanan rendah dan terakumulasi pada daerah perangkap (“trap”) yang
merupakan batuan kedap.
Pada daerah perangkap tersebut gas alam, minyak, dan air terakumulasi
sebagai deposit minyak bumi. Rongga bagian atas merupakan gas alam
kemudian bagian minyak mengambang di atas deposit air.
Gambar Cebakan minyak bumi di antiklinal
Hasil peruraian yang
berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi
gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan
pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin.
Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi.
Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun
berubah menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam
lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah
menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan
dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga
mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam
batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan
terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak.
Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak
cair yang bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan
gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng
kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan
bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu
pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di
perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi,
minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini
terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori,
minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak
bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah
yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau
antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar atau
air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas
alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya
lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak
bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan,
minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi
diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak.
Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi
geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gambar ilustrasi:
1.Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari matahari dengan fotosintesis.
2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar
cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk
adalah batuan yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon). Batuan
ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar
laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini
sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan
mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka akan
terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang
berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung
terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah
batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir,
batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang
berpori-pori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus
ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang
mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk
amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu
antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan
terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika
suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga
diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak
karbon yang ada menjadi gas.
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk
hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang
ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi
mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat
jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari
air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak
bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan
pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang
menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap
ditambang.
Minyak bumi terbentuk melalui proses yang sangat lama, sehingga minyak
bumi di kelompokkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Oleh sebab itu, penggunaan minyak bumi harus tepat guna
dan hemat.
Sumber (deposit) minyak bumi di Indonesia umumnya terdapat di daerah
pantai atau lepas pantai, yaitu pantai utara Jawa
(Cepu,Wonokromo,Cirebon), daerahSumatera bagian utara dan timur
(Aceh,Riau) , daerah Kalimantan bagian timur (Tarakan,Balikpapan), dan
daerah Papua.
Minyak dari daerah pengeboran umumnya diangkut dan diolah di
tempat-tempat pengilangan minyak atau diekspor langsung sebagai minyak
mentah. Tempat pengilangan minyak di Indonesia, antara lain Pangkalan
Brandan dengan kapasitas olah 5000 barel/hari, Plaju dan Sungai Gerong
(132.500 barel/hari), Dumai dan Sungai Pekning (170.000 barel/hari) ,
Cilacap (3000.000 barel/hari), Balongan Cirebon.
Source :