Bagaimana cara kita mengetahui bahwa Rasulullah saw adalah pribadi yang
sangat zuhud?. Syaikh Muhammad Rawwas Qal’ah Jie, dalam kitab Dirasah
Tahliliyyah li Syakhsiyyah ar-Rasul Muhammad, memberikan penjelasan.
“Jika kita ingin membuat gambaran jelas nan jernih tentang kezuhudan
Rasulullah saw, maka kita harus mengetahui makanannya, pakaiannya,
tempat tinggalnya, dan simpanannya,” kata Profesor Rawwas.
Pertama, makanan Rasulullah Saw.
Roti yang biasa dimakan beliau adalah roti gandum (yang kasar). Belau
tidak pernah memakan roti tepung yang halus lagi empuk hingga beliau
wafat. Beliau merasa kenyang dua hari berturut-turut karena makan
sepotong roti gandum.
Abdullah bin Abbas berkata, “Rasulullah saw pernah tidur beberapa
malam berturut-turut, sedangkan beliau dan keluarganya dalam keadaan
lapar karena tidak memiliki sesuatu untuk makan malam, roti yang mereka
makan sebagian besar adalah roti gandum.”
Fatimah, putri Rasulullah, pernah mendatangi beliau dengan membawa
roti yang diremukkan. Beliau lalu bersabda, “Remukan apa ini, wahai
Fatimah?”.
Fatimah berkata,”Roti pipih bulat, hatiku tidak tenteram hingga membawakannya untukmu.”
Rasulullah saw bersabda. “Sesungguhnya ini adalah makanan pertama yang
masuk ke dalam mulut ayahmu setelah tiga hari.” Itulah roti yang biasa
dimakan beliau.
Sementara lauk-pauk dan kuah beliau adalah cuka yang kadang-kadang
digunakan beliau untuk membasahi rotinya. Beliau berkata, “Kuah yang
paling enak adalah cuka.” Lauk-pauknya kadang-kadang daging. Akan
tetapi, yang pasti Rasulullah saw tidak pernah memanggang daging domba
untuk beliau makan, juga tidak memakan daging domba yang dipanggang.
Anas bin Malik telah berkata, “Aku belum pernah melihat Rasulullah saw
memakan roti tipis halus lagi empuk hingga beliau wafat, juga tidak
pernah melihat beliau memakan daging kambing yang dipanggang hingga
beliau meninggal.”
Kedua, pakaian Rasulullah saw.
Cukup kita mengetahui bahwa beliau –sebagaimana yang dikatakan oleh
Aisyah –tidak pernah memiliki sesuatu secara berpasangan (dua-dua)–.
Beliau tidak memiliki dua baju, dua jubah, dua kain pinggang, juga tidak
memiliki sandal lebih dari sepasang.
Sebagian besar pakaian yang beliau pakai adalah baju bertambal. Abu
Hurairah berkata, “Kami pernah mengunjungi Aisyah. Beliau menunjukkan
kepada kami sebuah kain penutup bertambal dan kain pinggang yang kasar.
Aisyah berkata, ‘Kain seperti inilah yang menjadi kafan beliau ketika
dimakamkan.’”
Sebagaimana beliau memakai pakaian betambal, keluarganya pun
memakai pakaian bertambal juga. Urwah bin Zubair berkata, “Aisyah tidak
suka memperbarui bajunya (menggantinya dengan baju baru) melainkan
menambalnya atau membaliknya.”
Semua pakaiannya itu berharga sangat murah sehingga Hasan al-Bashri
pernah memperkirakan harga muruth (pakaian yang dibalutkan ke tubuh)
istri beliau hanya dengan jumlah enam dirham.
Ketiga, tempat tinggal beliau.
Tempat tinggal beliau bukanlah istana megah, tetapi hanya sebuah
ruangan untuk setiap istrinya. Di dalamnya beliau tidur, duduk, makan,
dan menerima tamu. Perabotannya pun sangat sederhana dan murah. Kasur
dan bantal Rasulullah saw terbuat dari kulit yang diisi dengan serabut,
sebagaimana telah dibahas.
Beliau tidak menghiasi dinding rumahnya dengan sebuah tirai pun.
Beliau marah jika melihatnya, karena menganggap bahwa hal itu termasuk
pemborosan pada saat kaum muslimin yang lain sangat membutuhkan, dan
menganggap hal itu sebagai sesuatu yang bisa mendorong seseorang untuk
mencintai dunia.
Aisyah berkata, “Suatu saat Rasulullah saw berangkat perang, lalu aku
menggantungkan sebuah permadani. Ketika Rasulullah saw datang dan
melihat permadani tersebut, aku melihat pandangan tidak suka pada
wajahnya.
Lalu beliau mencopot permadani dan mengoyaknya seraya berkata,
“Sesungguhnya Allah swt tidak memerintahkan kita untuk menghiasi ruangan
dan tanah ini.”
Rasulullah saw mengunjungi rumah putrinya, Fatimah, dan beliau
melihat sebuah tirai yang dibentangkan, kemudian beliau pulang kembali.
Lalu datanglah Ali kepada beliau dan berkata, “Apakah benar kabar yang
sampai padaku bahwa engkau mendatangi rumah putrimu, tetapi tidak jadi
masuk ke dalamnya.”
Rasulullah saw bersabda, “Apakah aku tidak salah melihat bahwa
rumahnya telah dihiasi tirai yang berasal dari nafkah di jalan Allah.”
Padahal harga kain tipis yang digunakan putrinya itu hanya empat dirham.
Keempat, simpanan harta beliau.
Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah menyimpan harta atau benda
lainnya. Anas bin Malik berkata, ”Rasulullah saw tidak menyimpan
sesuatupun untuk hari esok.”
Cukuplah kita mengetahui bahwa ketika Rasulullah wafat, beliau
tidak meninggalkan sesuatupun kecuali sebuah pedang, seekor keledai dan
sebidang tanah yang disedekahkan di jalan Allah. Beliau juga
meninggalkan sebuah baju besi yang digadaikan kepada seorang laki-laki
Yahudi seharga tiga puluh sha’ gandum yang diambil beliau untuk memberi
makan keluarga beliau.”
Subhanallah, inilah teladan sikap zuhud dari manusia termulia di
dunia dan akhirat, seorang Rasul yang sekaligus kepala negara,
Rasulullah Muhammad saw. (kisahislami)
Editor : Ahmad Zaman Huri